Tak banyak kata, Firman pun langsung menyampaikan rasa syukur dan ungkapan terima kasih atas waktu yang diluangkan untuk datang berkumpul saling mendoakan.
Namun seiring waktu beberapa masyarakat sudah mencoba beternak babi kembali dengan konsep peternakan yang lebih hati-hati artinya jumlahnya tidak terlalu banyak, sanitasi kandang yang lebih bersih dan lebih ketat atau tidak sembarang orang bisa datang ke lingkungan perkandangan ternak mereka untuk menghindari penyakit.
Dengan menerapkan konsep agroforestri, Arista Montana juga membantu menjaga lingkungan dengan menanam pohon di antara lahan pertanian. Hal ini membantu:
Dapat dikatakan, penulisan nama Onghokham menjadi bagian dari konsistensi Ong dalam gerakan asimilasi dan dia pun mempraktikkannya dalam keseharian. Di kemudian hari, tentang penulisan namanya yang “berubah” menjadi Ong Hok Ham – seperti disebut oleh sejarawan Asvi Warman Adam “ terjadi setelah peristiwa Mei 1998. Efek peristiwa yang sangat kuat membekas dalam diri Ong itu “memaksanya” kembali menjadi Tionghoa dengan menyandang nama “Ong Hok Ham”, karena malu sebagai orang Indonesia atas kekerasan yang terjadi dalam peristiwa itu. Soal lain yang disinggung Achdian dan sesungguhnya merupakan inti dari seluruh rangkaian diskusi atau percakapan antara sang guru dan muridnya ini adalah seputar peristiwa 1965.
Jadi, dengan memilih produk pertanian organik, kita tidak hanya menjaga kesehatan diri sendiri, tetapi juga ikut serta melestarikan lingkungan dan mendukung petani lokal.
Sudah banyak masyarakat petani di Indonesia yang mempraktekkan kelahan pertaniannya. Ada saja dari mereka yang memperoleh ilmu pengetahuan cara pengolahan input-input pertanian tersebut Berkat pelatihan oleh lembaga NGO atau bahkan dari Dinas terkait,namun tak jarang juga sebagian besar petani tersebut mempelajari nya secara otodidak , melihat dari media atau bahkan YouTube dll.
Ketika tantangan iklim dan degradasi lingkungan semakin terasa di seluruh dunia, praktik pertanian organik menjadi harapan dalam mencari solusi yang berkelanjutan.
Dari sekian siswa di kelas itu hanya Ong yang menetapkan pilihan memilih Indonesia. Cerita tentang Ong yang didengar Achdian dari sahabatnya yang sedang menyusun biografi Ong Baca selengkapnya ini seolah mengulang kembali pertanyaan Ong tentang arti Indonesia dan kaitannya dengan kemerdekaan bagi sebuah bangsa (hal. sixty four-sixty five). Dari paragraf terakhir itulah, membaca dan berdialog dengan Ong dan pemikirannya dimulai.
Dobes sinambela perwakilan komunitas petani muda menyampaikan bagi saya “Tanah bagi saya seperti ibu atau induk dari berbagai macam mahluk dan tananam yang memberikan kehidupan”. Sebagai pemuda dan penerus kelangsungan hidup diberi tanggung jawab untuk merawat dan memelihara alam dan Tanah ini kedepan dan pemuda diharapkan mampu meningkatkan produktivitas pertanian kita ke depan. Satu yang paling penting adalah petani adalah profesi mulia, bertani bukanlah penganguran.
Saya kok jadi ikutan merinding Mbak. Sebagai penggemar karya tulis dan sinema bergenre horor, thriller dan criminal offense, apalagi ada penghargaan karya sastra dari Tempo, saya langsung tergugah untuk baca buku ini. Cus ah beli di Gramedia
Bab 1 novel ini dimulai dengan kisah Lembu yang mendapatkan perayaan kematian. Akhirnya setelah 50 tahun menanti, ia dimakamkan dengan layak. Tulang-tulangnya ditemukan di bawah rel kereta api yang sedang diperbaiki.
Tanah yang sehat, subur, dan kaya akan bahan organik akan mendukung pertumbuhan tanaman yang optimum. Kedua, pemilihan bibit unggul yang adaptif terhadap kondisi lingkungan dan tahan terhadap hama dan penyakit sangat krusial.
Namun, temuan-temuan Ong saat meneliti masalah Tionghoa ketika menjadi asisten riset William Skinner banyak menarik perhatian masyarakat luas. Menurut Ong, proses integrasi antara masyarakat Tionghoa dan penduduk “pribumi” di Indonesia terjadi jauh sebelumnya, namun terbatas pada “tjabang atas masyarakat”. Proses itu tidak terjadi di lapisan bawah. Ong memberi sejumlah contoh tentang beberapa bupati keturunan Tionghoa di Jawa atau anak-anak hasil perkawinan “campur” antara perempuan Tionghoa dan pembesar-pembesar Jawa. Riset Ong itu sebenarnya menggugat pandangan yang menyatakan bahwa masyarakat Tionghoa hanya hidup dan berkembang di dan untuk kalangan sendiri tanpa pernah berintegrasi atau peduli dengan pribumi. Kritik yang sungguh menggugah.
Keberlanjutan di sini bukan hanya tentang mengurangi emisi, tetapi juga tentang memberikan akses listrik kepada masyarakat yang belum terjamah oleh jaringan listrik konvensional.